Dongeng Indonesia
Simak dulu ini :
Dongeng Adalah
Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang. Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik), dan juga menghibur.
Informasi
Telaga Warna
Telaga Warna Puncak Bogor adalah sebuah objek wisata alam yang terletak di Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Objek wisata ini berada di dekat perkebunan Teh PTP VII Gunung Mas. Dilatar belakangi persawahan dan perkampungan penduduk dengan gunung yang menjulang tinggi menambah keindahan panorama alam yang sudah ada. Sebelum ditetapkan sebagai kawasan taman wisata pada tahun 1972, kawasan Telaga Warna Puncak Pass Cisarua – Bogor, merupakan bagian dari Kawasan Cagar Alam hutan Gunung Mega Mendung dan hutan Gunung Hambalang.
Menurut legenda rakyat Jawa Barat, Telaga Warna terjadi karena ulah seorang putri manja kerajaan Kutatanggeuhan yang bernama Putri Gilang Rukmini, yang kasar menolak hadiah ulang tahun berupa kalung emas dan permata. Sang Ratu sangat sedih melihat kelakuan putrinya tersebut. Dan semua orang pun ikut meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung putri yang tersebar di dasar telaga.
Dongeng Indonesia
Telaga Warna
Pada zaman dahulu kala kondisi rakyat hidup makmur di sebuah kerajaan. Mereka sangat patuh kepada raja mereka, karena raja mereka sangat arif dan bijaksana.
Suatu ketika, raja bersedih. Ia sangat menginginkan seorang anak.Rakyat pun merasa kasihan. Mereka lalu bersama-sama berdoa, agar permaisuri dan raja segera dikaruniai anak.
Doa mereka ternyata dikabulkan. Permaisuri mengandung, kemudian melahirkan bayi perempuan. Raja merasa senang, begitu pun dengan rakyat.
Hari-hari berlalu. Sang putri tumbuh menjadi gadis dewasa. Sayangnya, limpahan kasih sayang dari kedua orang tua dan rakyat membuat sang putri menjadi gadis yang manja.
Apa pun yang dia minta, harus selalu dipenuhi. Bahkan, tak segan-segan sang putri menyakiti hati para pelayan dan kedua orang tuanya.
Meskipun sang putri bersikap semena-mena, rakyat tetap menyayanginya. Mereka justru membuat sebuah kalung yang sangat cantik untuk putri dan permaisuri.
Setelah selesai membuat kalung, rakyat menemui putri dan permaisuri.
“Pasti Putri dan Permaisuri akan menyukainya,” ucap salah seorang rakyat.
Benar saja, permaisuri sangat menyukai kalung pemberian rakyat.
“Wah, cantik sekali kalung ini. Aku akan memakainya,” ucap permaisuri seraya mengenakan kalung itu.
Rakyat merasa sangat senang. Kemudian, mereka menyerahkan kalung yang lain kepada sang putri. Namun, apa yang terjadi? Olala, sang putri justru marah-marah dan membuang kalung itu.
“Jelek sekali kalung ini! lni lebih pantas disebut sebagai barang rongsokan!” seru sang putri.
Ia melempar kalung itu, hingga hancur berkeping-keping.
Melihat hal itu, rakyat sangat sedih.
Permaisuri juga sangat sedih dan meneteskan air matanya.
Dayang-dayang pun ikut bersedih. Sontak, semua orang menangis.
Melihat semua orang bersedih, putri menjadi bingung. Tapi, sudah terlambat. Air mata permaisuri dan rakyat menggenang. Lambat laun, air mata yang berjatuhan semakin banyak hingga menenggelamkan seluruh istana. Akhirnya, terciptalah sebuah telaga yang bernama telaga warna.
Begitulah asal-usul telaga warna. Warna-warna yang indah muncul di danau itu, karena terpantul dari pecahan kalung putri yang berhamburan.
Pesan moral dari dongeng anak Indonesia Telaga Warna adalah kita harus menghargai pemberian orang lain, meskipun kita tidak menyukainya.